BAB II
KONSEP MEDIS
A.
Definisi BBLR
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau
lebih rendah (WHO, 1961).
BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan
memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram.
(Hidayat, 2005).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah
bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan
usia gestasi (Wong, 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir
rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
melihat apakah prematur atau dismatur yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ serta menimbulkan
kematian.
B.
Klasifikasi BBLR
Ada dua golongan BBLR, yaitu:
a. Prematuritas murni
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu dan berat bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
b. Bayi small for
gestational age (SGA)
Berat bayi lahir sesuai dengan masa kehamilan.
SGA sendiri terdiri atas tiga jenis:
§ Simetris ( intrauterus
for gestatational age ) yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan
dalam jangka waktu yang lama
§ Asimetris ( intrauterus
growth retardation ) yaitu terjadi defisit nutrisi pada fase akhir kehamilan.
§ Dismaturitas yaitu bayi
yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi dan si
bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil
untuk masa kehamilan. (Mitayani, 2009)
C.
Etiologi BBLR
Etiologi atau penyebab dari BBLR maupun usia
bayi belum sesuai dengan masa gestasinya, yaitu :
a.
Komplikasi obstetrik
o Multipel gestation
o Incompetence
o Pro ( premature rupture
of membran ) dan kirionitis
o Pregnancy induce
hypertention ( PIH )
o Plasenta previa
o Ada riwayat kelahiran
prematur
b.
Komplikasi medis
o Diabetes maternal
o Hipertensi kronis
c.
Faktor ibu
o Penyakit : hal yang
berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia gravidarum, perdarahan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan
kardiovaskular.
o Usia ibu : angka
kejadian prematurnitas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan multi
gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
o Keadaan sosial ekonomi
: keadaan ini sangat berpengaruh terhadap timbulnya prematuritas, kejadian yang
tinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
o Kondisi ibu saat hamil:
peningkatan berat bdan yang tidak adekuat dan ibu yang perokok. (Mitayani,
2009)
Beberapa faktor yang mempengaruhi BBLR antara lain :
1. Pengaruh umur ibu saat
hamil terhadap kejadian BBLR
Hendaknya ibu merencanakan kehamilannya pada
kurun waktu umur produksi sehat yaitu 20-35 tahun. Dari segi biologis, wanita
pada umur muda (kurang dari 20 tahun) memiliki perkembangan organ-organ
reproduksi yang belum matang. Keadaan ini akan menyebabkan kompetisi dalam
mendapatkan nutrisi antara ibu yang masih dalam tahap perkembangan dan
janinnya.
2. Pengaruh pendidikan ibu
terhadap kejadian BBLR
Tingkat pendidikan seorang ibu akan sangat
berpengaruh dalam penerimaan informasi yang diterima. Ibu dengan pendidikan
yang cukup akan melakukan hal-hal yang diperlukan oleh bayi. Misalnya kesadaran
untuk memenuhi gizi, imunisasi, pemeriksaan berkala (antenatal care).
Sebaliknya pendidikan yang rendah akan sulit bagi seorang ibu untuk menerima
inovasi dan sebagian besar kurang mampu menciptakan kebahagiaan dalam
keluarganya, selain itu kurang menyadari betapa pentingnya perawatan sebelum
melahirkan.
3. Pengaruh paritas
terhadap risiko kejadian BBLR
Paritas adalah jumlah anak yang telah
dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Jumlah paritas
yang tinggi mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR.
Hal ini dapat diterangkan bahwa pada setiap
kehamilan yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan perubahan-perubahan
pada uterus. Kehamilan yang berulang akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh
darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah
nutrisi akan berkurang bila dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya. Keadaan
ini menyebabkan gangguan pertumbuhan janin.
4. Pengaruh umur kehamilan
terhadap risiko kejadian BBLR
Untuk mengetahui umur kehamilan dengan
mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT), sedangkan secara klinik umur
kehamilan dapat diketahui dengan mengukur berat lahir, panjang badan, lingkaran
kepala. Bayi dengan berat badan lahir rendah dapat merupakan hasil dari umur
gestasi yang pendek dengan kecepatan pertumbuhan janin yang normal, umur
gestasi yang normal dengan kecepatan pertumbuhan janin yang terganggu, atau
umur gestasi yang pendek dengan kecepatan pertumbuhan janin yang terganggu.
5. Pengaruh status gizi
ibu terhadap kejadian BBLR
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil
akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut
ini :
a.
Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan
risiko dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat badan
ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi misalnya TORCH.
b.
Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan
dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
(prematur), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi
cenderung meningkat.
c.
Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin. Malnutrisi pada awal kehamilan
mengakibatkan terbentuknya organ-organ yang lebih kecil dengan ukuran sel
normal dan jumlah sel yang kurang secara permanen, sedangkan malnutrisi pada
kehamilan lanjut mengakibatkan terbentuk organ yang lebih kecil dengan jumlah
sel yang cukup dan ukuran sel yang lebih kecil, sehingga dapat menimbulkan
cacat bawaan. Tetapi hal ini refersibel dan akan memberikan respon yang baik
apabila nutrisi diperbaiki. Kekurangan gizi juga dapat menimbulkan keguguran,
abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan), dan lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR).
Keadaan status gizi ibu hamil sangat
berpengaruh terhadap kondisi janin. Pada masa kehamilan seorang ibu memerlukan
makanan lebih banyak dibandingkan wanita tidak hamil. Ganggua yang menyebabkan
tidak terpenuhinya gizi akan menyebabkan gangguan pada janin dan beresiko untuk
melahirkan bayi BBLR.
6. Pengaruh kadar
haemogloin ibu terhadap kejadian BBLR
Anemia dapat didefenisikan sebagai kondisi
dengan kadar Hb berada dibawah normal. Di Indonesia anemia umumnya disebabkan
oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi
Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi
yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin
ibu turun sampai dibawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia
gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi.
7. Pengaruh penyakit yang
diderita ibu terhadap kejadian BBLR
Beberapa jenis penyakit baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi sirkulasi darah janin. Pada hipertensi
dan penyakit ginjal kronik misalnya, terjadi gangguan peredaran darah dari ibu
ke janin karena gangguan sirkulasi sistemik, sehingga nutrisi untuk janin
berkurang dan menyebabkan pertumbuhan janin yang terhambat. Penyakit yang
berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan
antepartum, trauma fisis dan psikologi
8. Pengaruh faktor
kehamilan ganda terhadap kejadian BBLR
Pada ibu dengan kehamilan ganda membutuhkan
asupan makanan yang lebih dibandingkan ibu yang hamil tunggal, sehingga apabila
kebutuhan janin tidak tercukupi secara merata maka mengakibatkan bayi yang
lahir mempunyai berat badan yang rendah.
9. Pengaruh sosial ekonomi
terhadap kejadian BBLR
Pengaruh sosial ekonomi merupakan hal yang
cukup berpengaruh dalam kejadian BBLR, walaupun secara tidak langsung.
Pendapatan yang rendah akan menyulitkan seorang ibu untuk memenuhi kebutuhan
bayi terutama dalam hal gizi. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan bayi
dengan BBLR. Mc Carthy dan Maine menunjukkan bahwa angka kematian ibu dapat
diturunkan secara tidak langsung dengan memperbaiki status sosial ekonomi yang
mempunyai efek terhadap salah satu dari seluruh faktor langsung yaitu perilaku
kesehatan dan perilaku reproduksi, status kesehatan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan.
10. Pengaruh pelayanan
antenatal terhadap kejadian BBLR
Pelayanan antenatal ini diperuntukkan guna
memantau perkembangan kehamilan ibu, frekuensi minimal 4 kali selama kehamilan.
Pemeriksaan antenatal yang teratur akan memberikan kesempatan untuk dapat
mendiagnosis secara dini masalah-masalah yang dapat menyulitkan kehamilan
maupun persalinan, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat secepatnya.
11. Pengaruh kebiasaan
merokok dan minum alkohol terhadap kejadianBBLR
Merokok dan minum alkohol merupakan salah satu
kebiasaan buruk bagi ibu hamil yang akan berpengaruh terhadap janin yang
dikandungnya. Menurut penelitian Haworth dkk, bahwa berat badan bayi yang lahir
dari ibu perokok lebih rendah dari ibu yang bukan perokok, walaupun penambahan
berat badan selama hamil dan asupan energi sama. Beberapa penulis mengemukakan
bahwa ibu hamil yang merokok lebih sering melahirkan bayi yang lebih kecil
dibanding ibu hamil yang tidak merokok. Hal ini disebabkan beberapa hal :
·
Merokok menyebabkan menurunnya selera makan ibu
sehingga asupan energi ibu hamil berkurang, walaupun ada beberapa ibu perokok
yang selera makannya tidak berubah.
·
Berkurangnya volume plasma akibat hipoksia kronik.
·
Ibu hamil peminum alkohol mempunyai risiko untuk
melahirkan bayi dengan fetal alcohol syndrome. Sindrom ini mencakup
kelahiran prematur, retardasi pertumbuhan janin, cacat lahir dan retardasi
mental. Risiko ini berhubungan dengan jumlah alkohol yang diminum setiap
harinya, usia kehamilan saat ibu hamil minum alkohol dan lamanya ibu tersebut
mengkonsumsi minuman beralkohol. Makin banyak alkohol yang dikonsumsi, semakin
besar resiko terganggunya pertumbuhan janin; sebaliknya semakin kurang
mengkonsumsi alkohol, resiko terganggunya janin akan semakin kecil, tetapi
masih ada. Bila ibu hamil mengkonsumsi alkohol pada trimester pertama kehamilan
saat berlangsung organogenesis janin, maka resiko abortus akan lebih besar.
Bila mengkonsumsi alkohol pada trimester kedua saat terjadi perkembangan ukuran
sel, maka akan berpengaruh pada berat janin yang dikandungnya.
12. Pengaruh jenis kelamin
terhadap kejadian BBLR
Perbedaan jenis kelamin ikut berperan pada
berat badan lahir. rata-rata berat badan lahir bayi laki-laki 150 gram lebih
berat dibanding bayi perempuan. Setelah minggu ke-20 mulai terdapat perbedaan
antara pertumbuhan janin laki-laki dan perempuan. Menurut Kloosterman (1969)
perbedaan ini dapat mencapai 135 gram pada kehamilan 40 minggu. Jadi bayi
laki-laki seringkali lebih berat dari bayi perempuan.
13. Pengaruh Riwayat
Melahirkan BBLR Sebelumnya Terhadap KejadianBBLR
Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus
sebelumnya mempunyai kemungkinan untuk melahirkan anak berikutnya dengan BBLR.
D.
Patofisiologi
Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua
lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng
dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia.
Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari,
dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari
Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran
pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis
untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai
kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas
usus sering terjadi pada bayi preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna
makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm.
Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam
pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai
sekitar kehamilan 34 minggu. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan
kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga
akan mengganggu makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya
permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada
jaringan bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan
keperluan kalori. (Moore, 1997)
E.
Manifestasi Klinik
Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan
lahir rendah sebagai berikut:
1.
Berat badan lahir < 2500 gram, panjang
badan≤ 45 Cm, lingkar dada< 30 Cm, lingkar kepala < 33 Cm.
2.
Masa gestasi< 37 minggu.
3.
Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau
lamanya gestasi; kepala relatif lebih besardari badan, kulit tipis, transparan,
banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit, osifikasi tengkoraksedikit, ubun-ubun
dan sutu lebar, genetalia immatur, otot masih hipotonik sehingga
tungkaiabduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
4.
Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah,
pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea, refleks
menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam BBLR adalah:
1.
Suhu Tubuh
§ Pusat pengatur napas
badan masih belum sempurna
§ Luas badan bayi relatif
besar sehingga penguapannya bertambah
§ Otot bayi masih lemah
§ Lemak kulit dan lemak
coklat kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan
§ Kemampuan metabolisme
panas masih rendah, sehingga bayi dengan berat badan lahir rendah perlu
diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat
dipertahankan.
2.
Pernapasan
§ Fungsi pengaturan
pernapasan belum sempurna
§ Surfaktan paru-paru
masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna
§ Otot pernapasan dan
tulang iga lemah
§ Dapat disertai penyakit
: penyakit hialin membrane, mudah infeksi paru-paru dan gagal pernapasan.
3.
Alat pencernaan makanan
§ Belum berfungsi sempurna
sehingga penyerapan makanan dengan lemah / kurang baik
§ Aktifitas otot
pencernaan makanan masih belum sempurna , sehingga pengosongan lambung
berkurang
§ Mudah terjadi
regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia
4.
Hepar yang belum matang (immatur)
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin,
sehingga mudah terjadi hyperbilirubinemia (kuning) samai ikterus
5.
Ginjal masih belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme
dan air masih belum sempurna sehingga mudah terjadi oedema
6.
Perdarahan dalam otak
§ Pembuluh darah bayi
BBLR masih rapuh dan mudah pecah
§ Sering mengalami
gangguan pernapasan, sehingga memudahkan terjadinya perdarahan dalam otak
§ Perdarahan dalam otak
memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi
§ Pemberian O2 belum
mampu diatur sehingga mempermudah terjadi perdarahan dan nekrosis.
F.
Perawatan BBLR
Dengan memperhatika gambaran klinis diatas dan
berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayio BBLR, maka perawatan dan
pengawasan bayi BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan, menghindari
infeksi, pemberian makanan bayi dan pernapasan.
1.
Pengaturan Suhu Tubuh BBLR
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita
Hypotermia bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan
oleh permukaan tubuh bayi yang realtif lebih luas bila dibandingkan dengan
berat badan, kurangnyua jaringan lemak dibawah kulit, dan kekurangan lemak
coklat (Brown Fat). Untuk mencegah hypotermi, perlu diusahakan lingkungan yang
cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istrahat konsumsi oksigen paling
sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat dalam
inkubator, maka suhunya untuk nayi dengan berat badan kurang dari 2000 gram
adalah 35 0C dan untuk bayi dengan BB 2000 gram sampai 2500 gram 34 0C, agar ia
dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 0C. Kelembaban inkubator berkisar
antara 50 – 60 persen. Kelembaban yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan
syndroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat diturunkan 1 0C per minggu
untuk bayi dengan berat badan 2000 gram dan secara berangsur – angsur ia dapat
diletakkan didalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 0C-29 0C. Bila
inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks
di dekat tempat tidur bayi atau dengan menggunakan metode kanguru.
2.
Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui
hidung, pharing, trachea, bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus
alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan napas akan menimbulkan asfiksia,
hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi
dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir
dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan
defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang
sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
pembersihan jalan napas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan
pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit.
Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan
jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya
aspirasi. Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi asfiksia
sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.
3.
Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman
kedalam tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi.
Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap
infeksi disebabkan oleh kadar imunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah,
aktifitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah
dan fungsi imun belum berpengalaman. Infeksi
local bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum.Perubahan tersebut antara laian
: malas menetek, gelisah, letargi, suhu tyubuh meningkat, frekwensi pernapasan
meningkat, muntah, diare, berat badan mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi
perlindungan terhadap bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak
boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan
baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata,
hidung, kulit, tindakan aseptic dan antiseptic alat-alat yang digunakan,
isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur
kunjungan, menghindari perawatan yang yang terlalu lama, mencegah timbulnya
asfiksia dan pemberian antibiotic yang tepat.
4.
Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menentukan pilihan
susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi
BBLR.
ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama
jika bayi mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluaekan dan diberikan pada bayi
yang tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya
pada bayi BBLR dapat digunakan susu Formula yang komposisinya mirip ASI atau
susu formula khusu bayi BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam incubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur incubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikam melalui NGT
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam incubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur atau kasur incubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikam melalui NGT
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan
kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam
dilakukan pada bayi dengan Berat Badan lebih rendah.
5.
Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena
sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak
dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat
diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka wama bayi harus sering
dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
6.
Perawatan kulit
Kulit bayi prematur sangat imatur dibandingkan
bayi yang cukup bulan. Karena sangat sensitif dan rapuh, maka sabun yang
berbasis alkalis yang dapat merusak mantel asam tidak boleh digunakan.
Semua produk kulit (misal: alkohol, povidone iodine) harus dipergunakan secara
hati-hati: kulit harus segera dibilas dengan air sesudahnya karena zat-zat
tersebut dapat mengakibatkan iritasi berat dan luka bakar kimia pada bayi.
G.
Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila
BBLR tidak ditangani secepatnya menurut Mitayani, 2009 yaitu :
1.
Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan
bernapas pada bayi)
2.
Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3.
Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan
paru belum sempurna/ cukup, sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya
4.
Asfiksia neonetorum
5.
Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia,
hal ini mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.
H.
Prognosa
Tergantung dari berat ringannya masalah
perinatal, seperti; masa gestasi (semakin muda dan semakin rendah berat badan
bayi makin tinggi angka kematiannya), komplikasi yang menyertai
(asfiksia/iskemia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intra ventrikuler,
infeksi, gangguan metabolik, dll).
Prognosis bayi berat lahir rendah ini
tergantung dari berat ringannya masalah perinatal misalnya masa gestasi ( makin
muda masa gestasi / makin rendah berat bayi, makin tinggi angka kematian),
asfiksia/iskemia otak , sindroma gangguan pernapasan , perdarahan
intrafentrikuler , displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi,
gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia). Prognosis ini
juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan
pada saat kehamilan persalinan dan post natal (pengaturan suhu lingkungan,
resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia
hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain – lain).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
1.
PENGKAJIAN
Biodata :
Terjadi pada bayi prematur yang
dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
Keluhan Utama :
Menangis lemah,reflek menghisap
lemah,bayi kedinginan atau suhu tubuh rendah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Lahir spontan,SC umur kehamilan
antara 24 sampai 37 minnggu,berat badan kurang atau sama dengan 2.500
gram,apgar pada 1 sampai 5
menit,0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah,4 sampai 6 kegawatan
sedang,dan 7-10 normal
Riwayat Penyakit Dahulu :
Ibu memliki riwayat kelahiran
prematur,kehamilan ganda,hidramnion
Riwayat Penyakit Keluarga :
Adanya penyakit tertentu yang
menyertai kehamilan seperti DM, TB Paru,Tumor kandungan,Kista,Hipertensi
ADL
Pola Nutrisi :
Reflek sucking lemah, volume lambung
kurang, daya absorbsi kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
Pola Istirahat Tidur :
Terganggu oleh karena hipotermia
Pola Personal hygiene : tahap awal tidak dimandikan
Pola Aktivitas :
Gerakan kaki dan tangan lemas
Pola Eliminasi :
BAB yang pertama kali keluar adalah
mekonium,produksi urin rendah
Pemeriksaan
Umum
§ Kesadaran
compos mentis
§ Nadi :
180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 120-140X/menit
§ RR :
80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 40X/menit
§ Suhu :
kurang dari 36,5 C
Pemeriksaan
Fisik :
§ Kepala :
linkar kepala 32-35 cm, rambut hitam atau merah,panjang rambut 2 cm,kulit wajah
kemerahan dan licin
§ Panjang
badan : kurang dari 48 cm - Berat badan :kurang dari 2.500 gram,lapisan lemak
subkutan sedikit/tidak ada
§ Thorax :
lingkar dada 30-38 cm,
§ Abdomen
:penonjolan abdomen,tali pusat layu,peristaltik usus terdengar maksimal kurang
dari 5 detik
§ Genetalia :
pada bayi laki-laki testis belum turun ke scrotum,pada bayi perempuan labio
perempuan labio mayora belum menutupi labia minora
§ Anus :
keluar miconium
Pemeriksaan diagnostik :
o Jumlah darah
lengkap: penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan anemia atau kehilangan
darah
o Dektrosik:
menyatakan hipoglikemia
o AGD:
menentukan derajat keparahan distres bila ada
o Elektrolit
serum: mengkaji adanya hipokalsemia
o Bilirubin:
mungkin meningkat pada polisitemia
o Urinalis :
mengkaji homeostasis
o Jumlah
trombosit: trombositopenia mungkin meyertai sepsis
o EKG, EEG,
USG, angiografik: defek kongenital atau komplikasi
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa
yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
o
Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan
imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau
kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik
o
Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan
SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area
permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan
berkeringat, cadangan metabolik buruk)
o
Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan
imunologis yang tidak efektif
3. INTERVENSI
1.
Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan
dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan
otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas
kembali efektif
Kriteria hasil:
Ø Neonatus akan mempertahankan pola
pernapasan periodik
Ø Membran mukosa merah muda
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
Ø Kaji
frekwensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea dan perubahan frekwensi
jantung
Ø Isap
jalan napas sesuai kebutuhan
Ø Posisikanm
bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok dibawah bahu
untuk menghasilkan hiperekstensi
Ø Tinjau
ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan memperberat depresi pernapasan
pada bayi
Kolaborasi
:
Ø Pantau
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Ø Berikan
oksigen sesuai indikasi
Ø Berikan
obat-obatan yang sesuai indikasi
|
Ø Membantu
dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan apnetik
sejati, terutama sering terjadi pad gestasi minggu ke-30
Ø Menghilangkan
mukus yang neyumbat jalan napas
Ø Posisi
ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnea, khususnya bila
ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea
Ø Magnesium
sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktifitas SSP
Ø Hipoksia,
asidosis netabolik, hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis
memperberat serangan apnetik
Ø Perbaikan
kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan funsi pernapasan
|
2.
Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan
dengan SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area
permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan
berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan
perkembangan
Kriteria hasil :
Ø Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35
– 37,5̊ C)
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Ø Kaji
suhu dengan memeriksa suhu rektal pada awalnya, selanjutnya periksa suhu
aksila atau gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat.
Ø tempatkan
bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat
Ø pantau
sistem pengatur suhu , penyebar hangat (pertahankan batas atas pada 98,6°F,
bergantung pada ukuran dan usia bayi)
Ø kaji
haluaran dan berat jenis urine
Ø pantau
penambahan berat badan berturut-turut. Bila penambahan berat badan tidak
adekuat, tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi.
Ø Perhatikan
perkembangan takikardia, warna kemerahan, diaforesis, letargi, apnea atau aktifitas
kejang.
Kolaborasi
:
Ø pantau
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (GDA, glukosa serum, elektrolit dan
kadar bilirubin)
Ø berikan
obat-obat sesuai dengan indikasi
· fenobarbital
|
Ø Hipotermia
membuat bayi cenderung merasa stres karena dingin, penggunaan simpanan lemak
tidak dapat diperbaruai bila ada dan penurunan sensivitas untuk
meningkatkan kadar CO2 atau penurunan kadar O2.
Ø Mempertahankan
lingkungan termonetral, membantu mencegah stres karena dingin
Ø Hipertermi
dengan peningkatan laju metabolisme kebutuhan oksigen dan glukosa serta
kehilangan air dapat terjadi bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
Ø Penurunan
keluaran dan peningkatan berat jenis urine dihubungkan dengan penurunan
perfusi ginjal selama periode stres karena rasa dingin
Ø Ketidakadekuatan penambahan
berat badan meskipun masukan kalori adekuat dapat menandakan bahwa kalori
digunakan untuk mempertahankan suhu lingkungan tubuh, sehingga memerlukan
peningkatan suhu lingkungan.
Ø Tanda-tanda
hiptermi ini dapat berlanjut pada kerusakan otak bila tidak teratasi.
Ø Stres
dingin meningkatkan kebutuhan terhadap glukosa dan oksigen serta dapat
mengakibatkan masalah asam basa bila bayi mengalami metabolisme anaerobik
bila kadar oksigen yang cukup tidak tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin
indirek dapat terjadi karena pelepasan asam lemak dari meta bolisme lemak
coklat dengan asam lemak bersaing dengan bilirubin pada pada bagian ikatan di
albumin.
Ø Membantu
mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang disebabkan
hipertermi
Ø Memperbaiki
asidosis yang dapat terjadi pada hiportemia dan hipertermia
|
3.
Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan
imunologis yang tidak efektif
Tujuan
: pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil
:
Ø Suhu
35̊ C
Ø Tidak
ada tanda-tanda infeksi
Ø Leukosit
5.000 – 10.000
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Ø Kaji
adanya tanda – tanda infeksi
Ø Lakukan
isolasi bayi lain yang menderita infeksi sesuai kebijakan insitusi
Ø Sebelum
dan setelah menangani bayi, lakukan pencucian tangan
Ø Yakinkan
semua peralatan yang kontak dengan bayi bersih dan steril
Ø Cegah
personal yang mengalami infeksi menular untuk tidak kontak langsung dengan
bayi.
|
Ø Untuk
mengetahui lebih dini adanya tanda-tanda terjadinya infeksi
Ø Tindakan
yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya infeksi yang lebih
luas
Ø Untuk
mencegah terjadinya infeksi
Ø Untuk
mencegah terjadinya infeksi
Ø Untuk
mencegah terjadinya infeksi yang berlanjut pada bayi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar