FISIOLOGI PENYELAMAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan penyelaman di dasar
laut tentunya, seabagai peselam terlebih dahulu harus memperhatikan kondisi
tubuh kita. Jangan sampai ketika kita akan melakukan kegiatan tersebut, kondisi
tubuh tidak dalam keadaan fit. Hal ini akan akan mengakibatkan kefatalan pada
diri kita sendiri bahkan membahayakan nyawa kita. Maka dari itu diperlukan
pengetahuan yang relevan terkait hal tersebut. Pada makalah ini membahas
tentang fisiologi penyelaman. Struktur tubuh manusia telah dibagi beberapa
sistem, seperti sistem pendengaran, penglihatan, dan sistem pernafasan akan
tetapi yang lebih di utamakan dalam penyelaman adalah sistem pernafasan. Khusus
sistem ini terdiri atas inspirasi dan ekspirasi. Dada mengembang selama inspirasi.
Akibat pergerakan diafragma dan otot-otot intercosta selama inspirasi, ia
menjadi datar dan lebih rendah dan panjang rongga torasik meningkat.
Otot-otot intercosta eksternal, pada
saat kontraksi, mengangkat tulang rusuk dan menariknya keluar meningkatkan
kedalam rongga torak. Saat dinding dada bergerak ke atas dan keluar dari pleura
parietalis, yang melekat dengan baik pada dinding dada, pleura tersebut juga
ikut terangkat. Pleura viselaris mengikuti pleura parietalis dan volume
interior torak terangkat. Paru-paru mengembang untuk mengisi ruang tersebut dan
udara dihisab kedalam bronkiolus.
Ekspirasi selama pernafasan tenang
bersifat pasif. Diafragma rileks dan kembali kebentuk aslinya, yang berbentuk
kubah. Otot-otot interkosta rileks dan tulang rusuk kembali keposisi semula.
Paru dan udara dikeluarkan melalui cabang-cabang bronkiolus. Pada saat
ekspirasi kuat, otot interkosta internal berkontaksi secara aktif untuk
menurunkan tulang rusuk. Otot pernafasan tambahan kemungkinan digunakan selama
nafas dalam atau ketika jalan nafas terhambat. Selama inspirasi, otot-otot
stenokleidomasterdeus mengangkat sternum dan meningkatkan diameter torak dari
depan kebelakang. Seratus anterior dan pektoralis mayor menarik tulang rawan ke
arah luar saat lengan dirapatkan . lantasimus dorsi dan otot-otot dinding
abdomen anterior membantu menekan toraks selama ekspirasi kuat. Sehingga pada
saat bernafas di dalam air semua alat yang berhubungan dengan pernafasan ikut
melakukan kerjanya. Kesalahan dalam penyelaman maka, akan mempengaruhi kerja
alat-alat finansial tersebut dan akan menyebabkan kerusakan organ yang kita
miliki.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian fisiolofi penyelaman?
2.
Apa pengertian respirasi dalam
fisiologi penyelaman?
3.
Apa pengertian sirkulasi dalam
fisiologi penyelaman?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian
fisiologi penyelaman
2.
Untuk mengetahui pengertian
respirasi dalam fisiologi penyelaman.
3.
Untuk mengetahui pengertian
sirkulasi dalam fisilogi penyelaman.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fisiologi Selam
Dalam dunia penyelaman, seorang
penyelam harus beradaptasi terhadap lingkungannya yaitu air, dan harus
mempelajari batas-batas kemampuan fisiologinya dalam adaptasi tersebut.
Fisiologi penyelaman mempelajari fungsi-fungsi tubuh di dalam serta bagaimana reaksi
tubuh terhadap lingkungannya.
2.1.1 Respirasi (Pernapasan)
Bernapas sangat diperlukan sekali supaya dapat mensuplai darah ke semua
jaringan tubuh dengan okisgen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) yang
dihasilkan oleh jaringan dari darah melalui paru-paru.
Udara masuk ke paru-paru melalui suatu sistem berupa pipa yang makin
menyempit (bronkus dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah sisi paru-paru
dari saluran udara dalam utama (trakea). Pipa ini berakhir pada
gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong-kantong udara
terakhir dimana O2 dan CO2 dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada
lebih 300 juta alveoli di dalam tubuh manusia. Pertukaran O2 dan CO2 pada paru
terjadi pada bronkiolus respiratorius dan alveoli.
Permukaan bagian luar paru ditutup oleh selaput pleura yang licin dan
selaput serupa membatasi ruang dada membatasi permukaan bagian dinding dada.
Kedua selaput ini letaknya berdekatan sekali dan dipisahkan oleh lapisan cairan
yang tipis. Karena dapat dipisahkan maka terdapat suatu ruangan antara
kedua selaput tersebut dinamakan rongga pleura.
Pada saat inspirasi (menarik napas) dinding dada secara aktif tertarik
keluar oleh kontraksi otot dinding dada dan ke arah bawah oleh diafragma (sekat
rongga dada). Tekanan dalam rongga dada akan menjadi lebih negatif sehingga
udara mengalir ke dalam paru-paru. Dengan upaya maksimal pengurangan tekanan
dapat mencapai 60-100 mmHg dibawah tekanan atmosfir.
Pada saat ekspirasi (pengeluaran napas), rongga dada mengempis karena
tulang dada kembali ke posisi awal. Gerakan ini pasif tanpa upaya otot,
mengakibatkan tekanan dalam rongga dada meningkat memaksa gas keluar dari
paru-paru. Ekspirasi dapat dibantu dengan upaya otot yang dapat dilihat melalui
penghembusan napas yang kuat.
Pengukuran fungsi pernapasan banyak dan bermacam-macam, tetapi hanya
beberapa hal penting saja dan ada hubungannya dengan penyelaman yang akan
diterangkan, terutama mengenai volume udara paru-paru.
1.
Kapasitas Total Paru (Total Lung
Capacity/TLC). Yaitu jumlah volume gas yang dapat ditampung oleh kedua
paru-paru bila terisi penuh biasanya ¡¾ 5-6 liter.
2.
Volume Tidal (Tidal
Volume/TV). Yaitu volume napas biasa yang masuk dan keluar paru tanpa
usaha napas yang kuat/dalam keadaan istirahat. Berkisar ¡¾ 0,5 liter.
3.
Kapasitas Vital (Vital
Capacity/VC). Yaitu volume udara maksimal yang dapat dihembuskan keluar
setelah menghirup udara secara maksimal biasanya ¡¾ 4-5 liter. Kadang juga
disebut daya apung vital yang dipaksa (Forced Vital Capacity/FPC)
4.
Volume Sisa (Residual
Volume/RV). Volume sisa yaitu jumlah gas yang tertinggal di dalam
paru-paru setelah dihembuskan secara maksimal biasanya ¡¾ 1,5 liter dan dapat
dihitung sebagai berikut: TLC-VC= RV, perhatikan RV adalah ¡¾ 25 % dari TLC.
5.
Volume Pernapasan Semenit
(Respiration Minute Volume/RMV). Volume pernapasan semenit adalah jumlah
gas yang bergerak masuk dan keluar dari paru-paru dalam satu menit. Yaitu RMV =
TV x Frekuensi Pernapasan. Biasanya 6 liter pada saat istirahat, tetapi dapat
melebihi 100 liter pada saat latihan berat. RMV kadang dinamakan Ventilasi Paru
(Pulmonary Ventilation).
6.
Kapasitas Vital Sewaktu (Time Vital
Capacity). Kapasitas vital sewaktu adalah bagian dari vital capacity (VC)
yang bisa dihembuskan dalam waktu tertentu biasanya 1 detik. Sering dinamakan
volume ekspirasi yang dipaksakan (FEV1/ Forced Expiratory Volume One Second).
Parameter-parameter mekanis ini penting untuk memahami fisiologi karena
secara relatif akan meningkatakan resiko penyakit penyelaman (barotrauma,
kekurangan gas dan lain-lain). CO2 lebih mudah larut dalam darah 24 kali
dibandingkan dengan O2, kecepatan difusi CO2 melampaui O2 kurang lebih 20 kali
lipat.
Difusi gas dipengaruhi oleh dinding alveoli. Pada alveoli yang kurang
terventilasi dengan O2 yang cukup maka pembuluh darah akan mengecil sehingga
mengurangi penyerapan O2 dan meningkatkan aliran darah pada alveoli bagian lain
yang cukup O2.
Kelainan fungsi pernapasan dapat mengakibatkan berkurangnya pengeluaran
dari CO2 darah dan penyerapan O2 ke dalam darah (hypoxia dan hypercapnea).
Jumlah seluruh keperluan jaringan tubuh adalah kurang lebih 6,8 ml O2 darah
(250 ml O2/menit). Sejumlah kecil O2 larut dalam plasma darah sebesar (0,01/100
ml) sedangkan sebagian besar berikat pada protein hemoglobin (Hb) pada sel
darah merah. Hb mempunyai daya ikat yang besar terhadap oksigen dan menjadi 98
% jenuh dengan oksigen pada tekanan 1 ATA . Tidak semua Hb melepaskan oksigen
di jaringan, karena 75 % Hb tetap jenuh.
Untuk mempertahankan kadar oksigen dan karbondioksida volume pernapasan
semenit harus seimbang dengan pemakaian oksigen dan kecepatannya menghasilkan
karbondioksida. Pernapasan diatur oleh pusat pernapasan di otak. Dalam otak
terdapat sensor yang mendeteksi perubahan kadar CO2 darah, sensor ini sangat
mempengaruhi pusat pernapasan. Terdapat sensor yang sedikit mempengaruhi
yang terdapat pada aorta dan arteri carotis yang mendeteksi kadar O2 dalam
darah.
Hal ini dapat dipahami jika penyelam yang tahan napas yang melakukan
hiperventilasi dapat terjadi ketidaksadaran. Karena pusat pernapasan tidak
dirangsang kadar CO2 yang telah berkurang akibat hiperventilasi dan gagal untuk
bereaksi dengan baik terhadap bahaya kekurangan O2 selama penyelaman dan selama
naik ke permukaan.
2.1.2 Sirkulasi
Peredaran/suplai darah sangat penting untuk mentransportasikan O2 yang
telah diambil di paru-paru ke jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang memerlukan
banyak O2 adalah otak, dimana otak mengambil sekitar 20 % O2 dalam keadaan
normal. Apabila otak kekurangan O2 maka akan terjadi penurunan kesadaran dan
dalam 5 menit akan berakibat kematian
Darah dipompa oleh jantung ke jaringan melalui arteri, bercabang lebih
kecil menjadi arteriol dan kemudian di jaringan dan paru-paru menjadi
kapiler-kapiler darah. Kapiler darah meninggalkan jaringan membawa darah yang
miskin oksigen ke vena. Vena membawa darah balik ke jantung dan kemudian
dipompa ke paru-paru. Arteri paru-paru membawa darah miskin O2, sedangkan vena
paru membawa darah yang kaya O2 karena telah terjadi proses difusi di paru-paru
ke jantung yang kemudian dipompa ke seluruh tubuh.
Jantung merupakan satu organ yang terbagi menjadi dua bilik dan dua
serambi, terdapat katup-katup yang menjaga darah agar tidak mengalir terbalik
selama berkontraksi. Kecepatan kontraksi jantung berbeda-beda pada tiap orang.
Rata-rata 60-80/menit pada saat istirahat dan 80-150/menit pada saat kerja.
Di dalam tubuh manusia terdapat 6 liter darah. Darah terdiri dari plasma
darah (komponen cair) dan sel darah (komponen padat). Sel darah merah mengandung
hemoglobin (Hb) yang mengikat O2 dan CO2, sel darah putih untuk melawan
infeksi, dan keping darah untuk pembekuan darah. O2 hanya terikat pada Hb,
sedikit yang dapat larut dalam air, sedangkan CO2 banyak terlarut dalam plasma
dalam bentuk ion HCO3, tapi sedikit yang berikatan pada Hb. Volume darah
konstan, tetapi kecepatan peredaran darah sangat berbeda tergantung kebutuhan
jaringan.
Darah mengalir dari seluruh tubuh melalui vena, kemudian masuk ke, serambi
kanan, bilik kanan, melalui arteri pulmonalis ke paru-paru mengambil O2 dan
melepas CO2. Darah kaya O2 ini kemudian melalui vena pulmonalis masuk ke
serambi kiri dan bilik kiri dan kemudian di pompa ke seluruh tubuh melalui
arteri.
Kemampuan jantung memompa darah kurang lebih 4-5 liter darah/menit (saat
istirahat) dan 20 liter darah/menit saat kerja. Tekanan darah saat istirahat
adalah 120-140 mmHg pada saat jantung berkontraksi (sistolik) dan 70-80 mmHg
pada saat jantung relaksasi (diastolik). Kedua tekanan bisa diukur saat yang
sama dan dapat ditulis sisyolik/diastolik yaitu 120/70. Penurunan sirkulasi
darah yang hebat akibat shock (kekurangan suplai darah yang membawa O2 ke
jaringan) dapat diatasi dengan meningkatkan volume darah dan menaikkan tekanan
darah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam dunia penyelaman, seorang
penyelam harus beradaptasi terhadap lingkungannya yaitu air, dan harus
mempelajari batas-batas kemampuan fisiologinya dalam adaptasi tersebut.
Fisiologi penyelaman mempelajari fungsi-fungsi tubuh di dalam serta bagaimana reaksi
tubuh terhadap lingkungannya.
Bernapas sangat diperlukan sekali
supaya dapat mensuplai darah ke semua jaringan tubuh dengan okisgen (O2) dan
mengeluarkan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh jaringan dari darah
melalui paru-paru.
Peredaran/suplai darah sangat
penting untuk mentransportasikan O2 yang telah diambil di paru-paru ke jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang memerlukan banyak O2 adalah otak, dimana otak
mengambil sekitar 20 % O2 dalam keadaan normal. Apabila otak kekurangan O2 maka
akan terjadi penurunan kesadaran dan dalam 5 menit akan berakibat kematian.
3.2 Saran
Perlu ditingkatkan adanya penyuluhan
tentang fisologi penyelaman pada masyarakat yang mayoritas pekerjaannya sebagai
nelayan untuk lebih meningkatkan pengetahuan para nelayan tentang fisiologi
penyelaman tujuannya untuk memperkecil resiko tenggelam.
DAFTAR PUSTAKA
http;//b11nk.wordpress.com/2011/09/21/Fisiologi
dan aspek selam/.html
http;//paradiseunpad.com/2010/11/12/Fisiologi
penyelaman/.html
http;//oceandivingclub.com/2009/03/17/pernafasan
manusia dan fisiologi penyelaman/.html